Ocha no Jikan

Masakan vegan yang menggunakan sayuran setempat

Kafe Ocha no Jikan bisa ditempuh dengan 15 menit jalan kaki dari stasiun JR Anayama.

▲Sang pemilik, Ibu Shimizu Yumi dan suami.

Ibu Yumi yang ingin tinggal ditengah alam yang asri pindah dari Tokyo ke Anayama 15 tahun yang lalu dan membuka kafe di sini .

Saat pertama kali dibuka, kafe ini memiliki menu vegetarian dengan beberapa produk turunan susu. Namun, kondisi kesehatan yang kurang baik saat itu serta pengaruh dari kawan-kawan yang menjalani gaya hidup vegan membuatnya secara perlahan beralih ke gaya hidup vegan yang tidak menggunakan segala produk hewani dan hal tersebut pun mempengaruhi menu yang disediakan di kafenya.

Konsepnya pun berkembang menjadi masakan lezat yang hanya menggunakan sayur sesuai musim dari petani setempat.

Minyak zaitun, cuka balsamik, serta garam adalah bahan penyedap utama yang digunakan, selain itu tidak menggunakan bahan penyedap yang mengandung alkohol seperti mirin sehingga masakannya ramah muslim. Meski pengertian mengenai halal bisa saja berbeda, sejauh yang saya pahami apa yang disediakan di sini sudah tergolong ramah muslim.

Penganan manis buatan sendiri

Setiap harinya ada berbagai kue yang dibuat dengan satu jenis diantaranya aman bagi vegan. Dari tiga kue ini, kue coklat adalah yang paling saya gemari. Rasa pahit coklatnya dan sedikit rasa manis kue ini cocok sebagai teman minum teh. Harap dicatat, adakalanya kue yang disajikan menggunakan rhum. Jadi mohon pastikan dulu sebelum memesan.

Roti yang dibuat dengan ragi alami, bahan organik, dan terigu lokal

Kafe ini pun menjual roti-roti yang dibuat dengan bahan organik dan terigu lokal.

Bila menggunakan susu dan telur, maka keterangan tersebut akan ditambahkan pada menu.

Area teras yang menenangkan

Menghabiskan waktu di area teras ini sambil memandang pegunungan Kai Komagatake serta Minami Alps yang terhampar luas begitu menenangkan.

Selain itu, rumah pohon dan ayunan yang tersedia di area teras pun menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi pengunjung datang bersama anak-anak.

Tempat untuk sholat dan arah kiblat pun tersedia bagi pengunjung Muslim.

Sang suami yang pekerjaannya terkait dengan kerjasama internasional, memiliki impian supaya kafe ini bisa dikunjungi oleh berbagai orang, termasuk muslim diantaranya. Tersedia alas untuk sholat serta tempat untuk wudhu.

Saya sendiri mencoba untuk menunaikan ibadah sholat dzuhur di sini. Tempatnya yang terbuka, menjadi kesan tersendiri karena jarang-jarang sholat di tempat terbuka selain dari sholat ied di hari raya.

Keterangan lainnya